Efek samping teh memang ada. Namun, manfaatnya tak kalah besar. Cukup berikan satu gelas sehari dan perhatikan kapan waktu tepat mengonsumsinya.
Teh merupakan minuman favorit di banyak tempat. Apalagi saat ini teh disajikan dengan lebih bervariasi, baik rasa, warna, aroma, maupun kemasannya. Ada teh rasa buah, madu, rempah, bahkan bunga. Itulah mengapa, teh tak hanya digandrungi orangtua tapi juga anak-anak. Minuman beraroma harum itu kini tidak hanya menemani orangtua, saat berbincang di rumah, tapi diseruput anak-anak di saat istirahat sekolah.
“Kemasan yang menarik membuat anak gandrung pada minuman teh, selain rasanya yang manis dan aromanya yang harum,” demikian diungkapkan Prof. DR. Ali Khomsan, ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor.
Menurutnya, ada manfaat yang tersimpan dalam minuman teh. Senyawa populer yang ada dalam teh adalah theaflavin yang merupakan zat antioksidan dalam jumlah cukup besar. Zat antioksidan sendiri merupakan substansi yang dapat menetralisasi atau menghancurkan radikal bebas. Selain hasil dari reaksi biokimia di dalam tubuh, radikal bebas banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, penguapan alkohol yang berlebihan, bahan pengawet, pupuk, sinar ultra violet, dan lain-lain.
Radikal bebas akan merusak sel tubuh. Utamanya jika tubuh kekurangan zat antoksidan atau saat tubuh kelebihan radikal bebas. Hal ini dapat menyebabkan berkembangnya sel kanker, penyakit hati, arthritis, katarak, dan lain-lain. “Anak yang sering menjadi korban rokok pasif atau polusi udara dapat terbantu oleh antioksidan dalam teh ini,” kata Ali.
Ini sesuai dengan riset yang dilakukan di negeri tirai bambu, Jepang. Meski angka perokok terbanyak di dunia juga ada di sana, tapi angka kejadian kanker paru-parunya cukup kecil. Ini karena konsumsi teh yang rutin sehari-hari. Tentu saja zat antioksidan tidak hanya terdapat dalam teh, tapi juga pada sayuran dan buah-buahan. “Karenanya, menjadikan teh sebagai satu-satunya asupan antioksidan juga jelas keliru,” tandas Ali.
Terapi Osa
Bahkan, penelitian terbaru para ilmuwan seperti dimuat dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine menyebutkan, senyawa-senyawa yang ditemukan dalam teh hijau akan melindungi otak dari efek gangguan tidur. Sebuah zat yang ada di dalam teh hijau diduga dapat menangkal kerusakan saraf akibat gangguan napas kala terjadi OSA (Osbtructive Sleep Apnea). OSA merupakan gangguan tidur sementara yang terjadi di bagian lunak tenggorokan. Gangguan ini menyebabkan terjadinya henti napas saat tidur selama beberapa kali. Gejalanya sangat khas yaitu suara ngorok. OSA bisa terjadi pada anak maupun orang dewasa. Bila tidak ditangani dengan baik, OSA dapat menyebabkan kurangnya pasokan oksigen ke otak, sehingga dapat memunculkan gangguan memori. Meski begitu, manfaat teh hijau untuk terapi OSA harus dibuktikan lebih lanjut. Ini karena penemuan tadi baru diujicobakan pada tikus, belum pada manusia.
Satu Gelas Sehari
Bagaimana dengan kandungan gula dalam teh kemasan? “Tidak usah dikhawatirkan dapat menyebabkan obesitas,” kata Ali. “Satu porsi minuman teh dalam kemasan, misalnya, rata-rata mengandung 150 kalori, padahal kebutuhan anak sekitar 1.500 kalori. Jadi, dampaknya tidak signifikan, kecuali jika anak berlebihan dalam mengonsumsinya.”
Asalkan disajikan dengan moderat, tidak ada dampak negatif teh yang perlu dikhawatirkan. Moderat bagi anak artinya minum teh cukup satu atau dua gelas sehari. Ini juga berlaku buat minuman teh dalam kemasan kertas, botol, plastik, dan lain-lain. Satu atau dua botol saja sudah cukup. Jangan sampai berlebih karena dalam teh ada senyawa yang bernama tanin. Tanin ini dapat mengikat beberapa logam seperti zat besi, kalsium, dan aluminium, lalu membentuk ikatan kompleks secara kimiawi. Karena dalam posisi terikat terus, maka senyawa besi dan kalsium yang terdapat pada makanan sulit diserap tubuh.
Bagaimana cara menyajikan teh untuk anak? “Sebaiknya jangan terlalu kental atau pekat. Asalkan aroma dan rasanya sudah sedap, maka itu sudah lebih jauh dari cukup. Mirip teh yang disajikan orang Sunda, bukan ala orang Jawa yang kerap menyajikan teh panas, legit, dan kental,” jawab Ali. Jika menggunakan teh celup, maka celupkan beberapa kali saja, jangan sampai didiamkan di gelas sampai berwarna pekat. Semakin pekat teh maka semakin banyak kandungan tanin di dalamnya. Karena itu, anak tak dianjurkan minum teh berlebihan.
Yang penting lagi, hindari mengonsumsi teh setelah makan. Jika ini diabaikan, maka dikhawatirkan anak akan mengalami anemia, kekurangan zat besi. “Sementara kekurangan zat besi menjadi masalah kesehatan utama pada anak. Banyak anak yang mengalami defisiensi zat besi, sehingga membuatnya lelah, lemah, letih, dan mengurangi konsentrasinya dalam belajar. Prestasinya pun dapat anjlok,” kata Ali. “Obat untuk sakit lambung juga sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan teh, karena dapat mengurangi khasiatnya.”
Jadi, perhatikan waktu minum teh. Sebaiknya juga tidak di malam hari atau sebelum tidur. Ini karena teh juga mengandung kafein. Senyawa tersebut mempunyai daya kerja sebagai stimulan sistem saraf pusat yang menghasilkan peningkatan aktivitas mental. Anak kemungkinan jadi sulit tidur. “Sebelum tidur, yang baik justru seharusnya minum susu, bukan minum teh”.